Yeorum POV
“Noona, saranghae.”
Mataku melotot selebar-lebarnya saat mendengar kata-kata yang ke luar dari mulut namja yang ada di hadapanku saat ini. Jadi ini alasannya memanggilku malam-malam begini? Seenaknya saja menyuruhku menemuinya di taman kota jam 9 malam seperti ini hanya untuk mengulangi kata-kata konyol itu untuk ke sekian kalinya. Aku juga dengan bodohnya mau saja mengikuti keinginannya dan membiarkan diriku lagi-lagi dikerjai olehnya.
”Ya Kau ini benar-benar keterlaluan! Apa kau tidak bisa memilih-milih waktu untuk menjahiliku? Apa kau tidak bisa menunggu sampai besok pagi dan membiarkanku hidup tenang di malam hari hah? Maaf aku sedang benar-benar sedang tidak ada mood untuk meladenimu. Aku mau pulang!” bentakku dan langsung berbalik untuk meninggalkannya. Tapi belum sempat aku beranjak dari tempatku, dia sudah menahan tanganku dan kembali membalikkan tubuhku kembali menghadap ke arahnya.
”Noona, aku serius. Saranghae, jeongmal saranghae,” ujarnya lagi. Raut wajahnya kali ini sangat serius. Hatiku mencelos saat menyadari keseriusan akan kata-katanya itu.
”Kau ditolak!!!” jawabku untuk ke sekian kalinya. Terasa kejam memang menolaknya mentah-mentah seperti ini. Tapi aku benar-benar tak berniat untuk menjalin hubungan dengan namja yang lebih muda dariku. Umur kami bahkan terpaut cukup jauh. Empat tahun. Astaga… aku ingin berpacaran, bukannya mengasuh anak orang. Ditambah lagi dengan tingkah kekanak-kanakannya itu. Aisshhh… Tidak!!!
”Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Bisakah kau membiarkanku pulang sekarang? Aku sangat lelah dan ingin beristirahat,” tambahku lagi sambil menangkupkan kedua tanganku di depan wajahnya. Memohon agar dia mau segera mengakhiri hal konyol ini.
”Tidak akan!” tolaknya cepat. ”Noona tak boleh pergi begitu saja setelah menolakku seperti ini. Noona selama ini tak memberikan alasan apapun padaku. Aku ini tampan, pintar, terkenal, dan suaraku sangat indah. Memangnya apa lagi yang kurang?”
Cih namja ini benar-benar sangat narsis!!! ”Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu itu?” tanyaku kesal.
”Tentu,” jawabnya keras kepala.
”Karena kau lebih muda dariku, ” jawabku singkat, padat, dan jelas.
”Mwo?! Alasan macam apa itu? Noona, sekarang sudah abad 21, tidak ada lagi orang yang berfikir seperti itu. Itu sangat kuno,” ejeknya.
”Ada! Buktinya aku berfikiran seperti itu. Kalau kau menganggap aku kuno, itu bukti nyata kalau kita tidak akan cocok,” ujarku kesal karena ejekannya.
”Bukan maksudku mangatai noona kuno. Tapi rasanya terlalu aneh kalau noona mempermasalahkan perbedaan usia dalam suatu hubungan. Teman-temanku banyak yang punya pacar wanita yang lebih tua dari mereka, dan hubungan mereka baik-baik saja. Aku butuh alasan lain yang lebih meyakinkan,” tuntutnya lagi.
”Tak cocok, ya tak cocok,” jawabku lagi mengulangi jawabanku sebelumnya beberapa kali agar dia bisa mendengarnya dengan jelas.
”Bagian yang mana misalnya yang noona anggap tak cocok?” Pertanyaannya mulai membuatku sebal.
”Banyak!” ujarku sambil merentangkan kedua tanganku untuk mengekspresikan seberapa banyak perbedaan antara kami. ”Dan butuh waktu lama kalau aku harus menjelaskannya padamu satu per satu,” lanjutku.
”Aku punya banyak waktu untuk mendengarkannya,” balasnya membuatku menghela napas panjang.
”Kau suka game, aku sangat tak menyukainya. Aku tak bisa hidup tanpa sayuran, sedangkan kau menyingkirkan segala sesuatu yang berwujud sayuran dari dalam menu makananmu. Aku ingin punya namjachingu yang bisa menjagaku dan memanjakanku, sementara kau malah selalu menjahiliku dan kau jauh lebih manja dariku. Aku ingin memiliki namjachingu yang lebih tua dariku dan bisa memanggilnya oppa, tapi kau malah 4 tahun lebih muda dariku dan tentu saja seumur hidupku tak mungkin memanggilmu dengan sebutan oppa karena itu akan terdengar sangat menggelikan.” Akhirnya aku menjelaskan semua alasanku dengan panjang lebar dan berapi-api.
”Hanya itu?” tanyanya, seketika mendekatkan wajahnya ke wajahku sehingga saat ini wajah kami hanya berjarak beberapa senti saja. Aku refleks mundur selangkah karena merasa tak nyaman. Berada sedekat itu dengannya membuat jantungku berdegup kencang.
”Apa kau benar Park Yeorum? Semua alasan yang kau berikan sama sekali tak dewasa dan biasa diucapkan oleh orang-orang yang berpikiran dangkal tentang cinta.” Aku berdecak kesal mendengar tanggapannya tentang alasan-alasanku tadi. Enak saja mengataiku berpikiran dangkal!
”Yeorum~a…” Kini dia memasang kembali wajah seriusnya itu dan ya Tuhan…berani sekali dia memanggilku tanpa embel-embel noona di belakang namaku. ”…baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku bisa menjagamu jauh lebih baik dari namja manapun di dunia ini. Aku bisa memanjakanmu, bahkan aku akan selalu memperlakukanmu layaknya seorang putri karena kau memang putri di hatiku. Kalau soal game dan sayuran, kita hanya perlu menjadi diri kita sendiri walaupun kita terikat dalam suatu hubungan. Dan masalah umur, aku berjanji umur takkan pernah jadi penghalang dalam hubungan kita nanti. Bagaimana?” Ujarnya mengakhiri kata-katanya dan sukses membuat aku menganga tak percaya kalau kata-kata seperti itu bisa keluar dari bocah setan seperti dia.
Belum sempat aku bangun dari keterkejutanku karena ucapannya yang membuatku harus membungkam mulutku rapat-rapat karena tiba-tiba aku kehilangan alasan-alasanku untuk menolak pernyataan cintanya, sedetik kemudian tanpa bisa kucegah dia sudah mendaratkan sebuah kecupan ringan di pipi kananku dan sukses membuatku semakin ternganga karena ulahnya ini. Tak ada yang bisa ku katakan lagi setelah itu. Yang bisa ku lakukan hanyalah memegangi pipiku yang terkena ciumannya tadi.
”No… Saranghae. Dan mulai malam ini kau adalah yeojachinguku. Jadi, mulai sekarang kau dilarang melihat namja lain selain aku. Dan aku akan memenuhi semua janji yang kuucapkan tadi. Aku akan menjagamu dengan baik,” ujarnya sambil menatap lurus kepadaku. Harus ku akui dia terlihat keren sekali saat mengatakan hal itu. Aishhh…apakah aku benar-benar sudah gila sekarang?
*****
Annyeong… Kalian pasti belum mengenalku? Tentu saja. Aku kan memang belum memperkenalkan diri pada kalian. Perkenalkan, namaku Park Yeorum. Aku keturunan Korea-Indonesia. Appaku Korea dan ibuku Indonesia. Saat ini aku bekerja sebagai dosen muda di Seoul University. Bidangku adalah science. Tepatnya biology science.
Di Korea aku hidup sendiri. Orang tuaku menetap di Indonesia. Dulu aku tinggal bersama mereka di Indonesia. Setelah berhasil meraih gelar sarjanaku di Indonesia, aku memutuskan untuk pindah ke Korea dan meneruskan masterku di sana. Namun demikian orang tuaku tetap tinggal di Indonesia hingga saat ini. Meski appa orang Korea asli tapi sejak menikah dengan ibuku appa telah memutuskan untuk menetap di Indonesia dan membangun bisnis keluarga di sana.
Tahun ini adalah tahun ke 5 ku di Korea. Oh ya saat ini aku juga sudah memiliki seorang namjachingu. Ahh…kalian pasti akan sangat terkejut bila aku menyebutkan namanya. Namjachinguku itu adalah Cho Kyuhyun Super Junior. Yups, evil maknae yang sangat digilai oleh yeoja-yeoja itulah orangnya.
Kenapa aku bisa berpacaran dengannya?? Entahlah, sampai saat ini pun aku juga masih belum mengerti. Awalnya ini seperti sebuah bencana bagi hidupku. Tapi pada akhirnya aku menyadari bahwa aku mulai mencintainya.
Aku mengenalnya melalui Ah Ra. Kalian pasti tau siapa dia. Benar sekali, dia adalah kakak kandungnya Kyu. Saat itu Ah Ra mengajakku berkunjung ke rumahnya dan di sanalah aku bertemu dengan Kyu.
Saat melihatnya pertama kali aku sangat yakin namja ini bermasalah. Kami belum saling mengenal, tapi dia dengan sangat terang-terangan memperhatikanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia sangat tak sopan. Aku ini kan teman onnienya dan jelas-jelas lebih tua darinya, tapi dia malah berani sekali memperhatikanku dengan cara seperti itu. Dan yang membuatku lebih syok lagi, setelah puas memperhatikanku dengan cara yang tidak sopan, selanjutnya tanpa basa-basi ia langsung menarik tanganku dan menyeretku ke ruang keluarga rumah mereka dan menantangku bermain game. Gila!!! Kelakuannya benar-benar sangat gila. Seumur hidupku aku bahkan tak pernah menyentuh stick PS, tapi dia malah menantangku bermain game. Meski aku tak mau, tapi dia tetap memaksaku sampai akhirnya aku mengiyakan dan tentu saja aku langsung kalah telak dalam hitungan detik. Dan Itu benar-benar membuatku sangat malu. Sementara dia malah menertawakanku sampai puas dan mengataiku babo. Kata babo itu benar-benar membuat darahku menggelegak. Dia benar-benar telah mengibarkan bendera perang dengan mengataiku seperti itu.
Sejak hari itu aku bersumpah tidak mau berurusan lagi dengan namja yang bernama Cho Kyuhyun itu. Ya sangat sulit sih karena Ah Ra adalah sahabatku. Tapi sebisa mungkin aku akan menolak secara halus bila dia mengajakku berkunjung ke rumahnya lagi.
Usahaku untuk menghindari bocah setan itu sia-sia. Aku memang tidak mendatanginya, tapi akan sama saja kalau hampir tiap hari dia yang selalu mendatangiku. Entah bagaimana caranya, ia mengaku kalau dia jatuh cinta pada pandangan pertama padaku. Benar-benar pengakuan yang sama sekali tidak masuk akal. Dan aku berpikir itu hanya karena dia sedang dalam masa puber. Maklum saja saat itu dia baru berumur 17 tahun. Jadi aku menolaknya.
Sayangnya bocah ini tak pernah mengenal kata putus asa. Dan nasib prinsip-prinsipku tentang sebuah hubungan harus berakhir di tangannya pada malam itu. Aku memang tak pernah mengiyakan pernyataan cintanya tapi aku juga tak pernah menyangkalnya saat dia memperkenalkanku kepada orang-orang terdekatnya sebagai yeojachingunya.
Awalnya hubungan kami menjadi suatu peperangan di dalam diriku. Aku antara ingin mengakhiri dan melanjutkan hubungan ini. Tapi kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya saat itu benar- benar menyadarkanku bahwa aku tak mampu bernapas tanpa kehadirannya di sisiku. Bahwa aku sakit saat hanya sekedar memikirkan kalau dia takkan pernah bangun lagi dan tersenyum padaku.
*****
“Noona…” Aku melihatnya berlari ke arahku dan “PLAKK” aku langsung menggeplak kepalanya ketika dia sampai dalam jangkauan tanganku.
“Auuu…” teriaknya saat pukulan mautku mendarat di atas kepalanya.
“Ya! Kau ini… beberapa hari tak bertemu, bukannya merindukanku tapi malah memukulku. Sepertinya sia-sia saja aku merindukanmu setengah mati beberapa hari ini,” omelnya sambil memegangi kepalanya yang sakit
“Salah sendiri. Kan sudah ku katakan jangan pernah memanggilku noona. Ya Cho Kyuhyun, berpacaran denganmu itu sudah membuatku harus mengubur impianku untuk memanggil namjachinguku dengan sebutan oppa dan kau malah membuat segalanya menjadi semakin buruk dengan memanggilku noona,” sergahku amat sangat sebal padanya.
”Astaga… Mengapa semakin hari kau semakin terlihat seperti ahjumma-ahjumma. Mengomel sepanjak waktu,” dumelnya dengan suara rendah tapi tetap terdengar olehku.
”YA!!! CHO KYUHYUN, APA KAU BENAR-BENAR INGIN MATI. BERANI SEKALI MENGATAIKU AHJUMMA!” teriakku kesal dan wajah Kyu langsung memucat seketika.
”Aishh… Yeorum~a, jangan berteriak-teriak. Kau mau membuat semua orang di taman ini mengenaliku?” ujarnya sambil membekap mulutku.
”M-mianhae,” ujarku terbata karena tiba-tiba ada rasa takut yang menjalari hatiku. Ahh. Yeorum baboya. Mengapa aku bisa berteriak-teriak seperti ini. Hidupku tidak akan tenang kalau sampai ELF mengetahui hubunganku dengan Kyuhyun. Aishhh…berpacaran dengannya saja aku harus menanggung resiko sebesar ini. Aku masih sayang nyawaku.
“K-kalau begitu kita pulang saja,” ujarku sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Untung saja siang ini taman kota sepi, hanya tampak beberapa orang yang jaraknya cukup jauh dari tempat kami berada sekarang. Lagi pula apa-apaan namja ini. Pergi ke tempat umum seperti ini hanya menyamar dengan menggunakan kacamata hitam. Dia tidak tau apa kalau kacamata hitam itu justru akan semakin mengundang perhatian orang-orang terhadapnya. Ketampanannya benar-benar sangat mencolok.
”Kajja!” ajaknya menarik tanganku ke arah mobilku yang ku parkir tak jauh dari tempat kami berada.
******
“Kau baik-baik saja??” tanyaku saat kami sudah berada di restoran favorit kami. Dia bukannya langsung mengantarku pulang malah memaksaku ke sini.
“Ne, waeyo?” tanyanya sambil menyantap makanannya dengan lahap. Aku sangat suka saat melihatnya sedang makan. Semuanya akan tampak baik-baik saja di mataku kalau dia makan dengan lahap seperti ini.
“Aniyo. Hanya saja berita yang menyebar tentang konser di Guang Zhou waktu itu sangat buruk. Konser diadakan outdoor pada saat malam natal dengan cuaca yang sangat buruk. Aku dengar semua member kedinginan karenanya. Kau tidak sakit kan??” tanyaku khawatir mengingat tubuhnya yang sangat rentan terhadap penyakit.
“Aku sehat. Sangat sehat malah. Konser kemarin memang sangat buruk dan tentu saja kami semua kedinginan di cuaca seperti itu. Tapi aku…hanya dengan memikirkanmu saja aku bisa merasa hangat,” jawabnya sembari memamerkan senyum jahilnya padaku.
Akupun tersenyum mendengar ucapannya. Inilah Cho Kyuhyunku, dia selalu bisa membuatku tersenyum dengan celotehan jahilnya.
“Gomawo,” ujarnya kemudian.
“Ne??” tanyaku bingung.
“Telah mengkhawatirkanku. Hanya dengan begitulah aku bisa meyakini bahwa kau benar-benar mencintaiku. Tuhan…aku benar-benar ingin mendengarkan kata-kata itu keluar dari mulutmu.” Dia mendesah panjang sejenak sebelum kembali menekuni makanan yang ada di hadapannya.
******
Kyuhyun POV
“Dari mana saja kau, Kyu??” tegur Sungmin hyung saat aku baru saja memasuki kamar kami.
“Eh hyung, kau belum tidur??” Aku sedikit terkejut karena ku pikir dia sudah tidur.
“Kau dari menemui Yeorum noona ya?” tanyanya lagi.
“Hehe…iya hyung,” jawabku cengengesan.
“Kau ini, menejer hyung benar-benar sangat khawatir saat kau tiba-tiba minta di turunkan di lampu merah. Kalau kau kepergok fans bagaimana??” omelnya.
“Mian hyung. Tapi kan aku sudah menyamar,” jawabku sambil membuka bajuku dan melemparkannya ke sembarang tempat.
“Sekarang sudah bertemu dengannya kan? Bagaimana? apa ada yang kurang pada dirinya gara-gara tak bertemu denganmu selama 3 hari?” goda sungmin hyung, kemudian dia bangun dari tempat tidurnya dan memungut kembali baju yang ku lemparkan sembarangan tadi. Dia memang hyungku yang paling baik ^_^
“Tidak hyung. Tak ada yang kurang dengan dirinya. Aku malah merasa ada sesuatu yang bertambah pada dirinya setelah tiga hari tak bertemu. Dia bertambah cantik,” jawabku dengan nada bercanda.
“Hahaha…Kyu, kau benar-benar sudah mabuk. Mabuk cinta,” ujarnya saat memasukkan bajuku tadi ke dalam keranjang cucian di kamar kami.
“Sudahlah bersihkan dirimu dan segera pergi tidur. Besok kita ada jadwal. Dan ingat langsung tidur. Jangan main game!!!” perintahnya sambil menepuk pundakku dan kembali ke tempat tidurnya.
“Selamat malam, Kyu,” ujarnya lagi kemudian menutupi tubuhnya sendiri dengan selimut.
“Malam hyung,” jawabku saat dia sudah membalikkan badannya ke arah dinding. Hyungku yang satu ini memang sangat mengerti aku. Dia tau saja niat yang terlintas di otakku tadi. Tau saja kalau aku bermaksud main game dulu sebelum pergi tidur ^_^
******
Yeorum POV
shining star! like a little diamond, makes me love
nehgen ggoomgyul gateun dalkomhan misolo nal balabomyuh soksakyuhjwuh
hangsang hamggeh halgguhla til the end of time
Aku baru saja menyelesaikan kelas taksonomi saat sebuah panggilan masuk di handphoneku. Ku aduk-aduk isi tasku hingga akhirnya aku menemukan handphone itu. Ku amati layarnya. Di sana tertera nama My EvilKyu.
”Yeoboseo,” sapaku saat ku angkat panggilannya.
”Jagi, kenapa lama sekali mengangkat telepon dariku??” tanyanya dengan nada manja.
”Aku baru selesai memberi kuliah. Dan jangan memanggilku dengan panggilan seperti itu. Aku tak suka!” balasku saat menyusuri koridor menuju ruanganku.
”Aishh..mengapa jutek sekali??”
”Salahkan dirimu sendiri mengapa memaksa berpacaran dengan wanita jutek sepertiku ini,” jawabku bercanda. ”Waeyo?”
”Sibuk siang ini??” ujarnya balik bertanya.
“Ani. Waeyo?” tanyaku untuk kedua kalinya.
“Kau ke studio SM ya? Temani aku,” ujarnya dengan nada memohon.
”Memangnya kau latihan sendiri? Member yang lain mana?”
“Para hyung juga berlatih bersama kok. Hanya mencoba memanfaatkan waktu saja. Sejak album ke-4 super junior keluar, jadwalku bersama para hyung semakin padat. Kita semakin jarang bertemu. Contohnya sekarang, aku baru saja kembali dari China kemarin, tapi besok sudah harus berangkat lagi ke Jepang. Aku tidak mau hubungan kita menjadi tidak sehat karena jarang bertemu.” Aku tersenyum mendengar ucapannya. Kalau sudah berbicara seperti ini, sebutan EvilKyu untuknya terdengar sangat tak pantas.
”Bagaimana? Kau mau ke sini tidak?” tanyanya lagi karena aku belum juga memberikan jawaban atas pertanyaannya tadi.
”Nee… Baiklah tuan muda Cho,” ujarku menyetujui permintaannya dan aku bisa mendengar tawa bahagianya di seberang sana.
”Jangan lupa tolong buatkan aku jajangmyeon. Sudah lama rasanya tak memakan masakanmu.”
”Jadi ini tujuanmu memaksaku datang ke studio SM sekarang?”
”Aniyo. Tujuan utamanya adalah ingin melihat wajahmu. Jajangmyeon tujuan kedua.”
”Jajangmyeonnya jangan lupa ya?” tambahnya lagi buru-buru.
”Ne arasseo,” jawabku sebelum memutuskan sambungan telepon antara kami berdua.
******
Tepat jam 12 siang aku sampai di studio SM. Mereka masih sibuk latihan. Aku pikir hanya member suju yang latihan tadi, tapi ternyata di sini juga ada Shinee, F (x), SNSD dan artis-artis SM lainnya yang akan mendukung konser SM Town di Jepang dua hari lagi. Aku langsung mengambil tempat di sudut ruangan memperhatikan mereka latihan.
Di sudut ruangan di seberangku terlihat Kyuhyun dan Seohyun sedang berlatih bersama. Mereka sepertinya serius sekali. Beberapa saat kemudian aku melihat Seohyun mengatakan sesuatu kepada Kyuhyun dan Kyuhyun langsung menangangguk. Aku tak tahu apa tepatnya yang mereka sedang bicarakan. Yang aku tahu setelah kyuhyun mengangguk mereka saling tersenyum dan tangan Kyu langsung meraih tangan seohyun untuk menggenggamnya. Darahku seketika mendidih melihat adegan tersebut. Dasar Cho Kyuhyun brengsek!!! Jadi ini maksudnya memaksaku melihatnya latihan? Jadi hanya untuk menunjukkan padaku kemesraannya dengan magnae SNSD itu. Benar-benar menyebalkan!!!
Baru saja aku memutuskan untuk pergi dari tempat itu, tiba-tiba Yesung memanggilku dan menghampiriku.
”Melihat Kyu latihan eh?” tanyanya saat sampai di hadapanku.
”Ne,” ujarku tersenyum dipaksakan.
”Pantas saja Kyu sampai segitunya menyukaimu. Ternyata kau perhatian sekali,” komentarnya kemudian menenggak minuman yang ada di tangannya.
”Tidak juga. Kyu yang memaksaku,” ujarku dingin.
”Jincha???” ujarnya tak percaya. ”Aishh magnae setan itu ternyata tidak hanya suka memaksa kami para hyungnya, tapi juga suka memaksamu. Padahal ku pikir kau tipe orang yang tak bisa di paksa. Pasti kau sangat mencintainya hingga bisa dipaksa olehnya.” Aku hanya tersenyum hambar mendengar komentarnya yang terakhir. Benar aku sangat mencintainya. Tapi sepertinya hanya aku saja yang sangat mencintainya. Sementara dia tidak cukup besar mencitaiku. Tentu saja, dia punya begitu banyak pilihan. Di sekelilingnya begitu banyak gadis belia yang tentu saja 100 kali lipat lebih cantik dariku yang bahkan lebih tua darinya. Aisshhh…memikirkan hal seperti ini membuatku semakin frustasi saja.
”Eh kau bawa apa??” tanya Yesung lagi saat melihat aku membawa sebuah rantang kecil di tanganku.
”Ah ini jajangmyeon. Tadinya sih untuk Kyu, tapi sepertinya dia sudah punya menu makanan lain siang ini,” ujarku.
”Kau mau?” tawarku kemudian. Setelah apa yang kulihat tadi, aku benar-benar tak sudi memberikan masakanku ini kepada Cho Kyuhyun yang sangat menyebalkan itu.
”Ah tidak. Nanti kalau Kyu ingin memakannya bagaimana?” tolaknya halus.
”Tidak apa-apa. Dia tidak akan mau memakannya. Tadi dia bilang dia lagi tidak mood makan jajangmyeon hari ini,” paksaku sambil menyodorkan rantang itu ke tangannya.
Yesung menatap rantang itu sejenak. ”Kau yakin?? Sangat janggal kalau Kyu bisa tidak mood memakan jajangmyeon. Makanan ini kan kesukaannya,” ucapnya penuh selidik.
”Gwaenchana. Makan saja.” Aku meyakinkannya.
”Jincha??”
”Hmmm…” gumamku sambil menganggukkan kepala dengan semangat sedikit berlebihan.
”Baiklah kalau begitu.” Akhirnya Yesung menyerah dan mengambil rantang makanan yang kuulurkan padanya sejak tadi.
”Hari ini aku benar-benar sedang beruntung. Sedang lapar seperti ni, eh tiba-tiba ada yang menawari jajangmyeon gratis,” gumamnya sambil membawa jajangmyeon yang kuberikan tadi ke sudut ruangan dan memakannya di sana.
Beberapa saat kemudian barulah semua artis SM berhenti latihan dan beristirahat. Aku melihat Kyu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dia langsung tersenyum saat menemukan sosokku. Sementara aku bersikap acuh karena kejengkelanku masih belum mereda.
”Kau sudah datang,” ujarnya saat berada di dekatku. Dan aku hanya diam saja.
”jajangmyeonku mana??” tanyanya menatap kedua tanganku yang kosong.
”Aishh jincha. Tadi katanya ingin bertemu denganku adalah tujuan utama. Tapi sekarang yang ditanyakannya duluan adalah jajangmyeon. Benar-benar menyebalkan!” omelku dalam hati.
”Aku tak sempat pulang ke rumah. Jadi aku tak sempat membuatnya,” jawabku dingin sambil mendekap kedua tanganku di depan dada dan bersikap acuh padanya..
”Ya sudah tak apa-apa. Sebentar lagi makan siang yang disediakan oleh SM juga datang.” Dia menarik tanganku dan mengajakku duduk selonjoran di lantai.
”Moodmu lagi tak bagus ya??” tanyanya lagi setelah mengamati wajahku yang cemberut beberapa saat.
”Hmmm,” gumamku singkat.
”Ada masalah di kampus??”
”Hmmm,” lagi-lagi aku hanya menjawab dengan sebuah gumaman.
”Tenanglah…semuanya akan baik-baik saja,” ujarnya mencoba menenangkanku. Andai saja dia tau kalau sumber masalahnya ada padanya.
”Yeorum-a, gomawo. Jajangmyeonnya enak sekali,” ujar Yesung beberapa saat kemudian sambil mengembalikan rantang makanan yang sekarang sudah kosong.
Kyu menatap tak mengerti ke arahku. Aku pura-pura tak tau saja.
“Kau rugi sekali tidak mau memakan jajangmyeon buatan Yeorum, Kyu. Masakannya enak sekali,” ujar Yesung sekali lagi memuji masakanku.
“Bukankah tadi kau bilang kalau kau tak sempat memasakkan jajangmyeon untukku?” tanya Kyuhyun semakin tak mengerti.
“Ya sudahlah. Aku pulang dulu. Hari ini sangat melelahkan. Aku mau istirahat,” ujarku tanpa menggubris pertanyaan Kyu.
“Ya Yeorum~a, kau belum menjawab pertanyaanku. Kau bilang kau tak sempat membuatkanku jajangmyeon, tapi mengapa justru Yesung hyung memakan jajangmyeon yang kau buat??” tanyanya kini mulai gusar.
“Kyu, jajangmyeonnya sudah habis. Lalu mau diapakan lagi??” jawabku santai.
“Aku pulang dulu. Kau teruskan saja latihanmu dengan Seohyun. Yang mesra ya,” sindirku kemudian berlalu.
”Ya noona, kau ini sebanarnya kenapa sih??” teriaknya lagi saat aku sampai di depan pintu studio.
”Mwo?! Noona?! Ck berani sekali dia memanggilku dengan sebutan noona di depan banyak orang. Apa dia benar-benar ingin menegaskan tentang ketuaanku di depan banyak orang hah?’ omelku dalam hati.
Aku mengurungkan niatku. Alih-alih membuka pintu di hadapanku, aku malah berjalan kembali ke arahnya dengan cepat. Saat sudah berada di dekatnya, aku langsung menendang kaki panjangnya itu dengan sekuat tenaga hingga membuatnya jatuh terduduk di lantai dan meringis kesakitan.
”Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan noona di hadapan banyak orang, maka tamatlah riwayatmu, Cho Kyuhyun!” ancamku dan segera berbalik kembali ke arah pintu tanpa menoleh lagi ke arahnya. Ternyata memandang wajah tampannya itu bisa sangat menyebalkan seperti ini.
”Ya ampun, mereka menyeramkan sekali kalau sedang bertengkar.” Aku mendengar bisik-bisik orang yang entah siapa karena aku tak berniat untuk mencari tau tentang hal itu.
”Aishhh…Cho Kyuhyun, kau benar-benar babo. Seenaknya saja memegang tangan wanita lain di depan mataku. Sekarang rasakan kau!!” teriakku dalam hati saat berhasil meninggalkan studio SM.
******
Esoknya aku terbangun dengan rasa sakit yang tak tertahankan di kepalaku. Ya Tuhan…jangan bilang aku demam. Ku raba keningku dan benar saja, badanku panas. Ku ambil termometer yang biasa ku simpan di laci meja samping tempat tidurku, kemudian ku masukkan ke dalam mulutku.
38 derajat celcius. Aku benar-benar demam. Dan akh…kepalaku tak bisa ku angkat saking pusingnya. Ada begitu banyak pekerjaan hari ini dan aku malah tak bisa bangun dari tempat tidurku. Semuanya memang selalu menjadi buruk saat aku sedang bertengkar dengan Kyu.
Ku putuskan untuk menelepon Kim Ga Eul, rekan kerjaku sesama dosen, untuk memintanya menggantikanku mengisi mata kuliah Fisiologi Tumbuhan hari ini. Dan masalah pekerjaan yang lain besok saja setelah sembuh aku pikirkan. Yang penting sudah ada yang menggantikanku di kelas hari ini.
Dengan susah payah akhirnya aku bisa bangkit dari tempat tidur untuk mengambil obat di laci meja kerjaku. Jarak antara meja kerja dengan tempat tidur sebenarnya hanya beberapa meter saja, tapi sukses membuat kepalaku berputar-putar rasanya.
Setelah meminum obat demam, aku kembali ke tempat tidurku dan memejamkan mataku untuk mengurangi rasa sakit di kepalaku hingga akhirnya aku tertidur karena pengaruh obat yang ku minum tadi.
Aku terbangun oleh suara bel apartemen yang berbunyi nyaring. Ku amati jam digital yang terletak di samping tempat tidurku. Astaga jam 7 malam. Itu artinya aku telah tidur seharian. Kemudian aku mencoba untuk bangkit, tapi…akhh obat yang ku minum pagi tadi sama sekali tak bekerja. Sekarang kepalaku semakin terasa sakit dan suhu tubuhku sepertinya semakin tinggi.
Bel apartemenku berbunyi sekali lagi. Benar-benar sial, kenapa di saat-saat seperti ini malah ada orang yang datang bertamu sih?? Kembali aku berusaha bangkit dari tempat tidur dan akhirnya berhasil. Aku berjalan sempoyongan ke luar kamar dan langsung menuju ke pintu apatemenku. Aku tak sempat mengintip siapa yang datang. Yang aku inginkan adalah mengusir sang tamu itu secepatnya.
”Yeorum~a, kau kenapa??” teriak orang itu cemas. Aku hanya bisa mengenali orang itu dari suaranya karena aku benar-benar tak sanggup lagi untuk membuka mataku. Aku hanya menyandarkan kepalaku di kusen pintu.
”Aku hanya demam,” jawabku lemah.
”Hanya demam bagaimana?” ujar Kyu sambil menahan tubuhku yang hampir terjatuh.
”Sekacau ini masih bilang hanya demam. Kondisimu terlihat mengenaskan tau!” bentaknya, kemudian dia langsung menggendongku dan membawaku kembali ke kamar.
Sesampai di kamar dia membaringkanku dengan hati-hati di tempat tidur dan menyelimuti tubuhku yang kini agak menggigil.
”Mengapa handphonemu dimatikan? Aku tak bisa menghubungimu sejak tadi malam,” ujarnya sambil memeriksa suhu badanku dengan termometer yang terletak di meja kecil di samping tempat tidurku. Pagi tadi setelah memeriksa suhu tubuhku sepertinya aku tidak memasukkannya kembali ke dalam laci.
”39,” ujarnya panik.
”Kita ke rumah sakit saja,” ujarnya lagi.
”Aniyo,” jawabku masih dengan mata terpejam. “Aku cuma butuh istirahat di rumah saja. Setelah minum obat pasti suhunya akan turun.”
“Ke rumah sakit akan lebih baik. Bagaimana kalau panasnya bertambah tinggi?” ujarnya cemas.
“Aniyo. Aku benci rumah sakit,” tolakku keras kepala.
”Aishh…kau ini,” ujarnya kesal karena kekeraskepalaanku.
”Kalau begitu minum obat saja,” ujarnya setelah menyerah memaksaku ke rumah sakit. Kemudian beranjak dari sisi tempat tidurku untuk mengambil obat di laci meja kerjaku. Dia memang sudah sangat mengenal seluk-beluk apartemenku.
”Apa kau sudah makan??” Tiba-tiba tangannya yang baru akan menyuapkan obat ke mulutku terhenti. Aku hanya menjawabnya dengan sebuah gelengan lemah.
”Kalau begitu makan obatnya nanti setelah makan.” Kemudian dia meninggalkanku sendirian di dalam kamar. Hanya sebentar, karena beberapa saat kemudian aku merasakan dia sudah mengangkat tubuhku perlahan dan mendudukkanku dengan menjadikan tubuhnya sendiri sebagai penyangga kepalaku.
”Makanlah dulu,” ujarnya sambil menyentuhkan ujung sendok ke bibirku. Dan aku hanya membuka mulutku tanpa melihat apa yang disuapkan padaku. Saking pusingnya aku bahkan tak bisa merasakan apa yang sedang ku makan.
Aku hanya sanggup menelan makanan yang disuapkannya padaku beberapa ssendok saja karena kepalaku seperti berputar-putar walau sudah disanggahnya dengan tubuhnya. Sebelum membaringkanku kembali di atas tempat tidur, dia meminumkanku obat terlebih dahulu. Dan setelah itu aku benar-benar tertidur seperti orang pingsan karena efek kepalaku yang sangat sakit.
******
Aku terbangun karena merasakan ada sesuatu yang lembab di dahiku. Ku buka perlahan mataku dan ku ambil sesuatu yang lembab itu dari atas dahiku. Ah ternyata handuk kompresan. Tapi siapa yang mengompresku??? Sebuah pertanyaan muncul di pikiranku yang sudah mulai bisa berpikir jernih kembali karena rasa sakit di kepalaku kemarin sudah menghilang.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh kamar dan menemukan jawaban atas pertanyaanku tadi. Kyuhyun sedang tertidur di kursi tak jauh dari tempat tidurku. Posisi tidurnya tampak sangat tidak nyaman. Beberapa saat kemudian ku lihat tubuhnya menggeliat dan dia membuka matanya.
”Kau sudah bangun?” tanyanya, langsung menghampiriku saat menyadari kalau aku sudah bangun. Dia duduk di pinggir ranjang menghadap ke arahku.
”Bagaimana perasaanmu?? Kepalamu masih sakit??” tanyanya lagi sambil meraba dahiku untuk memeriksa suhu tubuhku. Aku hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaannya.
”Sepertinya sudah baikan. Suhu tubuhmu sudah turun. Tapi kau tetap harus istirahat,” ujarnya lembut sambil mengusap bekas air kompresan di dahiku.
”Kapan kau datang?” tanyaku bingung.
”Sepertinya semalaman kau memang tak sadar. Aku datang tadi malam. Kau yang membukakan pintu. Tapi kondisimu kacau sekali. Kau bahkan tak bisa membuka matamu saat aku datang,” jawabnya.
”Aku sepertinya memang membukakan pintu untuk seseorang dan sepertinya aku juga mendengar suaramu. Tapi ku pikir semua itu hanya mimpi,” jawabku.
”Jadi kau menjagaku semalaman??” tanyaku lagi.
”Kondisimu sangat mengkhawatirkan. Aku tak mungkin meninggalkanmu. Tapi tenang saja, aku tak melakukan apapun terhadapmu,” tambahnya cepat, takut aku berpikir yang bukan-bukan tentangnya.
Aku tersenyum mendengarkan ucapannya. ”Tenanglah, aku sama sekali tak berpikir seperti itu. Meski kau kelihatan tak bisa dipercaya, tapi aku sangat mengenalmu. Mana mungkin orang yang begitu takut Tuhan sepertimu sanggup melakukan dosa sebesar itu.”
”Syukurlah kalau kau berpikir seperti itu. Aku tidak perlu menghadapi tuntutanmu kalau sampai kau berpikir demikian.”
”Memangnya, kalau kau melakukannya, kau tak mau bertanggung jawab terhadapku?” pancingku, ingin memastikan jalan pikirannya.
”Bukannya tak mau bertanggung jawab. Tapi kalau aku melakukannya, aku akan melukaimu. Dan hal yang paling ku hindari adalah membuatmu terluka. Aku tau siapa kau. Meski sudah terbiasa dengan kehidupan di sini, kau tetap memegang teguh budaya tanah kelahiranmu. Aku tau kau sangat menjaga kehormatanmu sebagai seorang wanita. Dan aku tak mau menjadi orang yang merenggutnya dengan cara yang tidak seharusnya,” ujarnya sambil menatap ke arahku. Tatapannya begitu lembut dan setiap perkataannya membuatku semakin meyakini bahwa dia yang terbaik untukku.
”Gomawo,” ujarku balas menatapnya dengan lembut.
”Untuk apa??” tanyanya.
”Gomawo karena telah menjaga fisik maupun jiwaku. Terlebih karena telah mencintaiku dengan cara yang agung.” Aku tersenyum padanya.
”Aahhh…cheonmaneyo,” jawabnya salah tingkah dengan sanjunganku.
”Aku sudah berjanji padamu waktu itu, dan sebagai lelaki sejati aku harus menepatinya,” tambahnya lagi dengan nada bercanda.
******
Siangnya, setelah menjagaku semalaman, Kyu harus berangkat ke Jepang bersama semua artis SM lainnya. Sedikit membuatku khawatir karena dia kurang tidur setelah menjagaku semalaman. Jadwalnya selama 3 hari di Jepang akan sangat padat. Dan pasti selama 3 hari itu dia takkan punya cukup waktu untuk beristirahat dengan baik. ”Tidurlah selama di pesawat,” pesanku tadi sebelum dia berangkat.
Saat aku mengkhawatirkannya seperti ini benar-benar membuatku tak bisa memikirkan hal lain selain dia. Dengan menekan segala harga diriku, akhirnya setelah makan malam aku memutuskan untuk meneleponnya.
”Yeoboseyo,” suaranya terdengar antusias di seberang sana. ”Tumben kau meneleponku? Biasanya kan selalu aku yang meneleponmu. Kau terlalu gengsi untuk menunjukkan perasaanmu yang sebenarnya selama ini.” Ucapannya benar-benar membuatku terperangah. Sebegitu detilkah dia mengetahui setiap pikiran dan perasaanku selama ini hingga aku tak bisa menyembunyikan apapun darinya. Jadi apa usahaku untuk menyelamatkan harga diriku di hadapannya selama ini sia-sia saja??
”Apa kau sudah makan?” tanyaku mengacuhkan ucapannya tadi untuk menyembunyikan rasa maluku.
”Ne, aku sudah makan, tadi selama di pesawat aku tidur dengan pulas, dan aku juga sudah minum vitaminku. Ada lagi yang ingin kau tanyakan??” tanyanya lagi membuat wajahku semakin memerah. Meski dia tak bisa melihatku, tapi tetap saja aku menyembunyikan wajahku yang sudah seperti kepiting rebus di balik telapak tanganku.
”Tidak ada lagi,” jawabku tergagap. ”Sebentar lagi konsernya akan dimulai bukan? Kau siap-siap saja. Aku takkan mengganggumu lagi.”
”Yeorum-a, aku tidak akan memegang tangan Seohyun saat penampilan kami nanti. Aku tau kau tak menyukainya,” ujarnya tiba-tiba dan menutup teleponnya. Sementara aku tetap tertegun dengan handphone yang masih menempel di telingaku meski sambungan telepon telah diputus. Aku sangat terkejut karena ucapannya. Bagaimana mungkin dia mengetahuinya? Aku kan tak pernah mengatakan tentang hal itu padanya.
*******
Hari ini Kyuhyun kembali dari Jepang dan seperti biasa dia langsung menemuiku. Rasanya lebih mudah bagiku untuk berpikir jernih saat dia sudah kembali di sisiku.
”Ini,” ujarnya menyodorkan sebuah amplop putih padaku saat kami sedang menikmati makan malam di pinggir sungai Han.
”Apa ini?” tanyaku sambil memandangi amplop yang di sodorkannya tadi.
”Kalau ingin tau isinya buka saja,” jawabnya dengan mulut penuh.
Aku meletakkan sumpitku. ”Gelagatmu menakutkan sekali. Kau sedang tak mengerjaiku kan?” tanyaku waspada saat meraih amplop itu, sementara dia malah memamerkan senyum misteriusnya padaku.
Aku membuka amplop yang kini sudah di tanganku secara perlahan. Dan….mengeluarkan sebuah tiket dari dalamnya. ”Tiket drama musikal Three Musketeers??” tanyaku dan dia mengagguk mengiyakan.
”Kau belum pernah menontonnya kan?” tanyanya dan ku iyakan. ”Aku bermain di dalamnya dan aku ingin kau menontonnya.”
”Dan memamerkan adegan ciumanmu dengan sang pemeran wanitanya padaku?” potongku.
”Kau tau tentang adegan itu?” tanyanya tak percaya.
”Tentu saja. Mahasiswiku di kampus begitu heboh karena adegan itu.”
”Aku belum pernah melakukan adegan itu secara real selama drama musikal ini berjalan hingga saat ini,” ujarnya menjelaskan.
”Dan kau berharap akan pernah melakukannya?” tanyaku sinis dan lagi-lagi hanya ditanggapinya dengan sebuah senyuman misterius.
”Bagaimana dengan besok? Apakah adegan itu akan dilakukan secara real?” tanyaku lagi.
”Besok adalah pementasan terakhir. Dan sutradara hyung berharap semua adegan dilakukan secara real pada pementasan terakhir. Sampai saat ini memang belum ada keputusan. Tapi besar kemungkinan akan dilakukan secara real.” Sepertinya kali ini dia ingin memanas-manasiku mengingat dia tau kalau aku cemburu setengah mati hanya dengan melihatnya berpegangan tangan dengan Seohyun.
”Oke. Aku berjanji pasti akan datang besok. Aku ingin melihat adegan realnya,” tantangku, menolak untuk mengakui rasa cemburuku terang-terangan padanya.
”Jincha??” jawabnya pura-pura terkejut. ”Senang sekali kau mau mensupportku untuk adegan itu.” Sekarang aku sampai menahan diriku sekuat tenaga untuk tak berteriak padanya.
******
Saat ini aku sudah berada di dalam gedung teather tempat drama musikal Three Musketeers akan dipentaskan. Dengan kagum aku memandangi poster Kyu di dekat pintu masuk teather. Dia terlihat sangat tampan dalam balutan pakaian ksatria eropa abad pertengahan. Selanjutnya akupun mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Sangat ramai di sini. Dan jika di lihat dari tiket yang mereka pegang, sepertinya mereka semua ingin menonton drama musikal Three Musketeers. Aku juga yakin sebagian besar dari mereka adalah ELF.
”Ahhh…Kyu oppa sangat tampan di poster itu,” ujar salah seorang gadis yang berada di depanku.
”Kyu oppa memang selalu tampan,” ujar salah seorang temannya dengan nada yang memuja.
Aisshhh….aku benar-benar menderita karena mencintai namja itu. Mengapa begitu banyak gadis yang menginginkannya? Dan mereka bisa seenaknya memanggil Kyu dengan sebutan oppa. Satu hal yang takkan pernah bisa ku lakukan. Aku iri sekali pada mereka.
”Tiketnya, nona,” ujar seseorang mengagetkanku. Tanpa ku sadari ternyata aku sudah sampai di pintu masuk teather. Dengan sedikit tergagap ku serahkan tiket yang ku pegang kepada petugas. Kemudian petugas itu merobek tiketku menjadi 2 bagian dan mengembalikan satu bagian kepadaku.
Ruangan sudah remang-remang saat aku masuk ke dalam teather. Aku mengikuti petugas yang akan menunjukkan tempat dudukku. Aku baru tau kalau Kyu memberiku tiket VIP saat petugas itu membawaku ke bagian depan teather dan mempersilahkanku duduk di barisan ke enam tepat di tengah-tengah menghadap panggung. Dari bangku ini aku bisa melihat seluruh isi panggung dengan jelas.
Ku perbaiki posisi dudukku agar merasa nyaman. Tak lama kemudian seorang gadis menduduki bangku di samping kananku.
”Annyeong haseyo,” sapa gadis itu saat aku menoleh ke arahnya.
”Annyeong haseyo,” Jawabku.
”Kau seorang ELF?” tanyanya padaku. Dan aku hanya menjawabnya dengan sebuah gelengan kepala.
”Lalu mengapa kau di sini?” tanyanya dengan tatapan heran.
”Seorang teman menghadiahiku tiket drama musikal ini,” jawabku dan tersenyum padanya.
”Beruntung sekali. Tiket VIP pula. Kau tau tidak? Untuk mendapatkan tiket VIP ini sulit sekali. Sekian banyak aku menonton drama musikal ini, baru kali ini aku bisa duduk di bangku VIP. Howaaa…dari sini aku bisa melihat wajah Kyu oppa dengan sangat jelas. Aku sangat menyukainya. Ani, tepatnya aku sangat tergila-gila padanya. Oettokeh? Mengapa ada manusia terlahir setampan ini?” oceh gadis di sampingku ini panjang lebar. Dia mengganggu sekali!
”Kau mahasiswi mana?” lagi-lagi dia bertanya padaku
”Aku bukan mahasiswa lagi. Umurku 26,” jawabku sedikit jutek.
”Syukurlah kau bukan seorang ELF, apalagi seorang SparKyu. Lucu sekali kalau kau sampai menyukai Kyu oppa. Yang pantas dengan onnie hanya Yesung, Hangeng, Heechul, dan Teukie oppa,” jawabnya dengan ekspresi yang sangat menyebalkan.
”Mwo?! Gadis ini benar-benar tidak sopan! Kalau kau tau siapa aku, kau akan menyesal mengatakannya!!!” teriakku dalam hati
Aku sangat bersyukur karena tak berapa lama kemudian lampu ruangan teather sudah dipadamkan sebagai tanda bahwa pertunjukkan akan segera di mulai. Kalau obrolanku dengan gadis tak sopan di sampingku ini terus berlanjut, sangat dikhawatirkan akan timbul keributan di ruang teather ini. Itu akan sangat memalukan tentunya.
Sekali lagi ku perbaiki posisi dudukku menghadap lurus ke depan, ke arah panggung yang kini mulai menampilkan adegan awal dalam drama musikal ini. Kyuhyun muncul dengan memakai pakaian ksatria eropa abad pertengahan seperti pada poster di depan pintu masuk tadi. Dia sangat tampan dengan pakaian itu. Tak heran hampir seluruh penonton wanita menjerit menyambut kemunculannya di atas pentas. Dan tentu saja gadis di sebelahku ini juga termasuk diantaranya. Bahkan teriakannya sangat berpotensi menulikan telingaku setelah pulang dari menonton drama ini nanti.
Adegan demi adegan di tampilkan dengan sempurna. Kyuhyun pun memainkan perannya tanpa cacat. Dan sekarang tibalah adegan percintaan yang membuat hati banyak ELF, terutama SparKyu ketar-ketir.
Kyu sangat menghayati perannya. Dia menatap wanita lawan mainnya dengan penuh perasaan. Kyuhyun seolah benar-benar telah jatuh cinta pada wanita itu. Walaupun aku tau ini hanyalah sebuah adegan dalam drama, tapi adegan ini sukses membuat seluruh isi perutku bergejolak. Dan aku menyesali keputusanku untuk menonton drama musikal ini.
Seolah adegan kemesraan tadi masih belum cukup untuk mempermainkan perasaanku, sekarang tiba waktunya untuk melakukan adegan pamungkas. Kiss scene.
Lagi-lagi Kyu menatap ke dalam mata wanita itu dengan penuh kelembutan. Secara perlahan dia mendekatkan wajahnya ke wajah wanita itu hingga jarak antara wajah mereka hanya tinggal beberapa senti saja. Belum terjadi apapun, tapi sepertinya aku siap untuk meledak sekarang.
Tiba-tiba Kyu mengangkat topi bercaping lebar yang dipegangnya untuk menutupi wajah mereka berdua. Serentak terdengar keluhan dari seluruh ruangan teather karena adegan tersebut.
”Oettokeh? Apakah adegan itu benar-benar dilakukan? Tapi sepertinya adegan itu benar. Topi itu terlalu kecil untuk menutupi segalanya. Mereka pasti benar-benar melakukannya. Aishhh…benci sekali. Mengapa harus seorang ahjumma yang merebut ciuman Kyu oppa?” Ocehan gadis di sampingku ini semakin memperburuk suasana hatiku. Dan refleks aku menatap ke arahnya dengan tatapan tak suka.
”Waeyo?” tanyanya sok polos melihatku menatapnya seperti itu.
”Anda berisik sekali nona,” jawabku sembari beranjak dari tempat dudukku.
Aku tak mau menonton drama musikal itu lebih lama lagi. Jadi kuputuskan untuk ke luar dari ruangan teather meski pertunjukkan belum selesai.
*****
Aku berjalan tak tentu arah entah sudah berapa lama. Dan yang sangat mengejutkanku, kakiku tanpa diperintah malah membawaku ke tempat ini. Tempat di mana 4 tahun lalu dia memaksaku untuk menjadi pacarnya. Tempat di mana karena ulahnya aku terpaksa melupakan semua prinsip-prinsipku tentang seorang pacar impian.
Tempat ini masih sama. Tak ada yang berubah. Bangku ini masih di posisi yang sama dengan 4 tahun lalu. Sorot lampunya pun masih tetap sama. Suasananya juga sama.
Sejenak aku merasa telah melakukan sebuah kesalahan selama 4 tahun ini. Kesalahan yang benar-benar membuatku terjebak. Begitu banyak rintangan dalam hubungan kami. Usia, karirnya, dan juga perasaan tak pantas yang hingga saat ini masih menggangguku.
Menyaksikan secara langsung bagaimana gadis-gadis belia itu begitu memujanya, begitu menginginkannya, membuatku merasa hubungan kami sebuah kesalahan. Jika tak bersamaku, mungkin saat ini dia akan memilih salah satu dari mereka.
Aku jadi menertawakan fikiran-fikiranku sendiri. Tak salah memang kalau Kyu sering mengejekku bahwa isi kepalaku jauh lebih muda dari umurku sendiri. Sedikit malu rasanya menyadari semua ini. Menyadari bahwa aku sangat kekanak-kanakan berfikir seperti ini. Tapi fikiran-fikiran itu selalu hinggap di kepalaku tanpa bisa ku cegah. Setiap saat fikiran ini selalu menggerogotiku. Benar-benar merasa tak pantas untuk seorang Cho Kyuhyun yang begitu sempurna untuk ukuran seorang manusia.
Merasa letih dengan fikiran-fikiranku sendiri, akhirnya aku memejamkan mataku dan menyandarkan punggungku ke kursi panjang yang ku duduki. Sekuat tenaga menghalau pergi fikiran-fikiran yang selalu menyakitiku ini.
Cukup lama aku dalam posisi seperti ini, hingga tiba-tiba aku merasa suasana di depanku menjadi gelap. ”Apakah lampu tamannya mati?” pikirku kemudian membuka mataku secara perlahan dan menemukan sosoknya yang berdiri menjulang di hadapanku, menghalangi cahaya lampu yang langsung menyorot ke arahku.
”Kyuhyun~a,” ujarku terkejut.
”Mengapa pergi begitu saja bahkan di saat dramanya belum selesai?” tanyanya sambil duduk di sampingku.
Aku menegakkan posisi dudukku. ”Kau bisa tau kalau aku pergi sebelum pertunjukan selesai?” ujarku balik bertanya.
”Tentu saja. Aku bisa melihatmu dengan jelas dari atas panggung. Aku bahkan tau kalau kau pergi saat kiss scene sedang berlangsung,” jawabnya menyabalkan.
”Ah..jadi kau sudah mengatur segalanya,” gumamku.
”Kau cemburu?” tanyanya lagi dengan ekspresi aneh.
”Itu tujuanmu memintaku menontonnya kan? Ingin melihatku cemburu?”
”Bukan itu yang utama. Tapi ku anggap bisa membuatmu cemburu adalah bonusnya,” jawabnya sambil memamerkan senyum jahilnya.
”Apa yang kau lakukan di sini malam-malam begini? Bukannya langsung pulang. Benar-benar membuatku cemas saja,” ujarnya kemudian.
”Tidak ada. Hanya memikirkan sesuatu….”
”Sesuatu yang bodoh tentunya. Dan tidak lupa menyakiti diri sendiri,” potongnya.
Aku menarik napas dalam-dalam. ”Kyuhyun~a, di pertunjukkan tadi kuperhatikan ada begitu banyak gadis yang mengidolakanmu. Sepertinya mereka sangat tergila-gila padamu.”
”Ahh…pesonaku,” celetuknya tapi kuabaikan.
”Aku sempat berfikir, kalau saja saat kita bertemu dulu kau sudah seterkenal ini dan dikelilingi begitu banyak wanita cantik seperti sekarang, kau pasti akan memilih salah satu dari mereka untuk menjadi pacarmu.”
”Tebakanku benar. Kau pasti sedang memikirkan hal seperti itu atau semacamnya. Begitu senang menyakiti diri sendiri dengan pikiran-pikiran konyol. Siapa coba yang tidak dewasa sekarang?” Aku langsung memberengut mendengar ucapannya.
Kyuhyun menarik napas dalam-dalam kemudian meraih kedua pundakku untuk menghadap tepat ke arahnya.
”Dengarkan aku baik-baik nona Park. Empat tahun lalu aku telah memutuskan untuk memilihmu, bahkan sejak pertama kita bertemu di rumahku. Dan saat ini memang ada begitu banyak yang berubah dalam hidupku. Tapi asal kau tau, aku sama sekali tak berniat untuk mengubah keputusanku. Jadi baik dulu maupun sekarang, ada banyak wanita yang menyukaiku ataupun tidak, aku akan tetap memilihmu dan tolong mulai saat ini berhentilah berfikir yang bukan-bukan. Kalau usiamu lebih tua dariku memangnya mengapa?? Bukankah kau justru lebih kenak-kanakan dariku? Bahkan para hyung sering berkomentar bahwa kita tak tampak seperti pasangan yang wanitanya lebih tua dari sang pria. Mereka bilang kau tampak lebih muda sedangkan aku dikatakan bertampang boros. Tentu saja mereka mengatakan itu dengan tujuan untuk mengejekku. Tapi aku tak marah mereka berkata begitu. Karena menurutku memang begitu kenyataannya,” ujarnya panjang lebar sementara aku hanya bisa menatapnya tanpa berkedip.
”Intinya…usia tak bisa dijadikan alasan untuk memperumit hubungan kita. Aku yang lebih muda darimu saja bisa bersikap lebih bijaksana dalam hal ini,” ujarnya lagi dengan rasa bangga berlebihan.
”Bisakah untuk menghilangkan fikiran-fikiran yang bisa menyakiti dirimu sendiri mulai dari sekarang? Karena kalau tidak, sepertinya kau harus bertahan dengan rasa sakit itu seumur hidupmu. Aku sama sekali tak berniat untuk mengakhiri hubungan kita dengan alasan apapun,” pintanya kemudian.
”Kejam sekali,” ejekku, akhirnya aku bisa juga mengeluarkan suaraku lagi.
”Maaf kalau begitu nona Park,” ujarnya tersenyum padaku. ”Bisakah melakukannya untukku?”
”Mm.” Akhirnya aku mengangguk mengiyakan permintaanya.
”Dan satu lagi, aku memintamu datang untuk menonton drama musikalku agar aku punya alasan untuk tidak melakukan adegan itu secara real.”
”Jadi kau tak melakukannya sekalipun di balik topi?” tanyaku terkejut.
”Tentu saja. Kau pikir aku mau ciuman pertamaku di rampas begitu saja oleh wanita lain? Aku bahkan belum pernah mencium wanita yang aku cintai hingga saat ini,” protesnya. Dan aku tersenyum puas mendengar pengakuannya.
”Lain kali tidak perlu berpura-pura tak cemburu di hadapanku. Kau itu sangat ekspresif kalau mengenai perasaanmu sehingga sangat mudah dibaca. Aku bahkan bisa membaca setiap isi hati dan sikapmu dengan mudah,” ujarnya sembari melingkarkan satu lengannya ke pundakku.
”Benarkah? Jadi usahaku untuk menyelamatkan harga diriku di hadapanmu selama ini sia-sia?” Tanpa perlu dijawab olehnya aku bahkan tau jawaban yang akan ke luar darinya.
”Lagi-lagi berfikir konyol,” keluhnya. ”Harga diri apa? Yang aku lakukan saat ini adalah mencintaimu dan memahamimu, bukan menghancurkan harga dirimu.” lagti-lagi aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya yang menurutku sangat keren.
Malam ini, berkat bantuan namja yang saat ini sedang merangkulku, aku jadi memahami segalanya. Aku mencintainya, itu sudah cukup dan tak perlu lagi kutambah dengan memikirkan hal-hal konyol seperti yang dikatakannya tadi.
”Kyuhyun~a,” panggilku.
”Mmm…”
”Ada yang ingin ku katakan.”
”Katakan!” perintahnya
”Saranghae,” ujarku akhirnya. Rasanya malu sekali mengatakan hal seperti ini untuk pertama kalinya. Dan Kyuhyun seolah mengerti, dia tidak berusaha melihat wajahku yang saat ini aku yakin sedang memerah. Dia hanya menarikku ke dalam pelukanya. Dan mendekapku erat.
The End
By: Park Yeorum a.k.a Bummie Viethree